Rabu, 11 Maret 2015

PEMIMPIN YANG BERKARAKTER

SMA-KU Daarut Tauhiid

INILAH.COM, Bandung - Di sekolah ini para remaja dari berbagai daerah di Indonesia dikader menjadi pemimpin berkhlak dan bertauhiid.



Yayasan Eco Pesantren Daarut Tauhiid di bawah binaan KH Abdullah Gymnastiar seakan tak mau ketinggalan dalam proyek-proyek yang sifatnya fastabiqul khairat.

Tahun lalu yayasan ini mendirikan SMA-KU (Khadimul Ummah) Daarut Tauhiid di Jalan Cigugur Girang No 33 Kampung Pangsor, Desa Cigugur Girang, Parongpong, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Sekolah ini berada satu kompleks dengan Eco Pesantren Daarut Tauhiid.
SMA-KU Daarut Tauhiid adalah sekolah dengan sistem boarding yang menyelenggarakan program belajar empat tahun. Satu tahun pertama program menghafal Alquran 30 juz sebagai landasan pembentukan karakter siswa, tiga tahun berikutnya program belajar formal dan pembinaan karakter dengan sistem pendidikan pesantren.

Meski baru setahun berdiri, telah banyak prestasi yang ditorehkan. Semua itu tak hanya menjadi kebanggan internal pesantren, namun juga bagi umat Islam. Di antaranya, telah memiliki seangkatan santri yang telah diwisuda karena hafal Alquran dengan jumlah juz berbeda.

Kepala SMA-KU Anwar Sanusi MPd membeberkan, SMA-KU lahir dari keprihatinan bahwa negara Indonesia mayoritas muslim tengah menghadapi krisis akhlak. Baik para pemimpinnya maupun krisis akhlak masyarakat secara umum.
Kriminalitas pun merebak di mana-mana di berbagai kalangan, seolah-olah itu menjadi makanan sehari-hari yang diberitakan di berbagai media massa.
Berangkat dari sana, maka harus ada kaderisasi pemimpin yang berkhlak dan bertauhiid. Itulah visi kami, ingin menjadi lembaga pendidikan profesional yang melahirkan kader pemimpin berakhlak mulia, prestatif, dan mandiri berlandaskan tauhiid, ujarnya, saat ditemui INILAH.COM belum lama ini.
Sebelum ramai digembor-gemborkan tentang pendidikan karakter melalui kurikulum 2013, SMA-KU telah merancang pola pendidikan yang menitikberatkan pada karakter sejak lama. Melalui SMA-KU ini, Anwar Sanusi bersama timnya mengekspresikan idealisme untuk pendidikan.
Tidak hanya penekanan pada prestasi akademik, tetapi juga karakter dan akhlak, katanya.
Pendidikan di lembaga ini dibagi ke dalam dua program. Pertama, kurikulum program tahfidz Quran pada tahun pertama dan kedua adalah kurikulum belajar formal tahun kedua sampai keempat.
Tahun pertama program tahfidz ini telah selesai, kemarin ada sekitar 65 lulusan yang diwisuda, katanya.
Dia bersyukur, karena untuk program pertama ini telah banyak memperlihatkan hasil gemilang. Misalnya, ada santri yang tadinya hafal 0 juz jadi hafal 15 juz Alquran. Meskipun jumlah hafalannya beragam, tergantung kemampuan siswa, katanya.
Sebenarnya target yang ingin dicapai, di tahun pertama para siswa bisa menghafal minimalnya 15 juz. Kemudian selanjutnya, selama menempuh pendidikan formal setingkat SMA, selama tiga tahun bisa menyelesaikan 15 juz lagi.
Rasanya tiga tahun bisa menyelesaikan sisa hafalan itu. Harapan kami, mereka bisa menjadi kader pemimpin yang hafal Quran. Profesi apapun mereka nanti, akan menjadi pelayan umat, sebagaimana nama sekolah ini, ujarnya.
Ditunjang sekitar 10 ustaz pembina yang hafal Quran 30 juz, program pertama untuk siswa baru selama setahun ini akan diintensifkan pada hafalan Quran, ulumul Quran, fiqih ibadah praktis, aqidah akhlak, motivasi, seni dan olah raga serta pembiasaan ibadah dan pembiasaan kepemimpinan.
Adapun untuk kurikulum pendidikan formal, kegiatan belajar mengacu pada kurikulum Pendidikan Nasional. Lembaga ini juga memiliki kurikulum lokal pesantren seperti Bahasa Arab, Aqidah Akhlak, Fiqih Ibadah, Alquran dan al-Hadits, Pembiasaan Ibadah, Pembiasaan Akhlak Seni dan Olahraga.
Kami ingin menyelenggarakan pendidikan Islam terpadu yang menyatukan kurikulum nasional dan kurikulum pesantren dengan memberdayakan sikap peserta didik untuk lebih mengenal, menghayati dan menerapkan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari, terang Anwar.
Pihaknya juga ingin mendorong peserta didik untuk senantiasa berpikir ilmiah, kreatif, dan eksploratif. Serta dapat menumbuhkembangkan kepedulian kepada sesama dan lingkungan melalui pendekatan emotional intelligence dan spiritual intelligence.
Di samping itu, menggali dan menanamkan nilai-nilai kepemimpinan peserta didik yang aplikatif dan menanamkan nilai-nilai tauhiid kepada seluruh peserta didik.
Kami juga tetap peduli dengan bakat dan minat mereka. Setelah penerimaan siswa baru kemarin melalui kegiatan Masa Orientasi Peserta Didik (MOPD) yang berlangsung dua pekan, kami menggali minat anak dan ekstrakurikuler. Kami memfasilitasi hobi mereka dan mendatangkan pelatih atau instrukturnya ke sini, terangnya. (rey)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar